Sejarah
Sejarah Lampung dimulai sejak zaman Hindu Animis yang berlangsung sampai awal abad XVI. Sistem Kebudayaan yang berasal dan luar termasuk Hindu dan Budha, turut mewarnai tetapi yang dominan adalah tradisi asli dan zaman Malaya Polynesia. Daerah Lampung telah lama dikenal orang luar pada permulaan tahun masehi sebagai tempat orang-orang lautan mencari hasil hutan, terbukti dengan ditemukannya sebagai bahan keramik dan zaman Han (1368-1643). Menurut berita dari China (china chronicle) abad ke-VII, dikatakan bahwa di daerah selatan (Namphang) terdapat kerajaan yang disebut Tolang p’ohwang (To=Orang, Lang P’ohwang=Lampung).
Penemuan peninggalan-penemuan sejarah atau budaya dalam bentuk patung-patung, pahatan bercorak megalitik terdapat di sekitar Purawiwitan, Sumberjaya, Kenali, Batu Bedil, dan Kecamatan Jabung. Pada daerah-daerah tertentu terdapat peningglan yang menunjukkan bahwa Lampung berada di bawah kerajaan maritim terbesar kala itu, kerajaan Sriwijaya. Prasati palas pasemeh dan prasasti batu bedil di daerah Tanggamus merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya pada sekitar abad VIII. Kerajaan-kerajaan Tulang Bawang diperkirakan di sekitar Menggala/Sungai Tulang Bawang sampai Pagar Dewa.
Zaman Islam ditandai dengan masuknya pengaruh Banten di Lampung pada abad XVI. Terutama saat bertahtanya Sultan Hasanuddin (1522-1570). Pada masa ini (abad ke-XVII), Lampung melahirkan pahlawan yang terkenal gigih menentang penjajah Belanda, bernama Raden Intan. Pengaruh Islam terlihat diantaranya dari adanya Tambra Prasasti (Buk Dalung) di daerah bojong Kecamatan Jabung sekarang, berisi perjanjian kerjasama antara Banten dan Lampung dalam menghadapi penjajah Belanda, hal ini masih terbukti sampai saat ini di Lampung masih banyak orang Banten di Banten pun ada salah satu Kampung yang penduduknya orang Lampung yaitu di Cikoneng.
Pendapat lain menyatakan bahwa masuknya agama Islam yang pertama kali adalah dan Sumatera Barat pada abad XIV-XV. Sebelum Islam masuk penduduk menganut agama Hindu, Budha dan pemujaan ruh nenek moyang dan Sinkretisme. Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peratunan Pemenintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Seni & Budaya
Kesenian Provinsi Lampung
Lampung merupakan salah satu nama provinsi Indonesia yang terletak di pulau Sumatera. Letak provinsi Lampung berada di bagian paling selatan pulau Sumatera dengan ibukota Bandar Lampung. Lampung memiliki potensi alam yang sangat beragam. Selain sumber daya alam yang begitu melimpah, letaknya yang berbatasan langsung dengan lautan membuat Lampung memiliki potensi kekayaan laut yang sangat melimpah. Selain kekayaan alam yang melimpah, Lampung juga memiliki kekayaan budaya yang tidak kalah tersohor bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di pulau Sumatera. Kebudayaan Lampung meliputi rumah adat, berbagai tarian tradisional, pakaian adat, juga berbagai kuliner khas.
Rumah Adat :
Lampung memiliki rumah adat tradisioal Lampung yang disebut Nawo Sesat. Rumah adat Nawo Sesat memiliki bentuk arsitektur yang umum digunakan pada rumah-rumah di pulau Sumatera, yakni bentuk rumah panggung. Bentuk rumah panggung tersebut tidak lepas dari kegunaannya untuk mencegah jika sewaktu-waktu ada serangan hewan buas.
Rumah adat Nawo Sesat dibangun menggunakan kayu. Sedangkan bagian atap dibuat menggunakan daun ilalang. Penggunaan kayu sebagai bahan baku pembuatan rumah, tidak lepas dari warisan nenek moyag masyarakat Lampung. Sejarah telah mencatat bahwa Lampung telah mengenal bencana gempa bumi sejak dahulu. Pembuatan rumah panggung dengan bahan baku kayu akan mempertahankan posisi rumah dari bencana gempa bumi. Selain itu, pemanfaatan daun ilalang sebagai atap rumah juga menunjukkan bagaimana masyarakat Lampung menghargai hasil sumber daya alam yang ada.
Pakaian Adat :
Provinsi Lampung memiliki kain yang sangat khas yakni kain tapis. Kain ini berkesan sangat mewah karena pembuatannya dipadupadankan dengan penggunaan benang emas sehingga menimbulkan warna berkilauan yang indah pada kain tapis. Kain tapis ini oleh masyarakat Lampung bias digunakan dalam upacara-upacara adat atau ketika menghadiri acara-acara formal.
Tarian Adat :
Lampung memiliki lebih dari satu tarian adat. Seperti halnya di daerah lain, tarian tradisional Lampung ini dilakukan saat acara-acara tertentu. Tarian-tarian tradisional Lampung tersebut meliputi:
- Tari Sembah
- Tari Melinting
Budaya Provinsi Lampung
Kebudayaan di Provinsi Lampung merupakan perpaduan kebudayaan Arab, Cina, dan India. Hal tersebut tidak terlepas dari sejarah yang menyebutkan Provinsi Lampung sebagai jalur perdagangan dunia, sehingga banyak budaya dari luar Indonesia yang mempengaruhi kebudayaan Lampung.
Dalam kehidupan sehari hari masyarakat Provinsi Lampung yang plural menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-harinya, ada yang menggunakan bahasa Indonesia, Jawa, Sunda. Bahasa Bali, bahasa Minang dan bahasa setempat yang di sebut dengan bahasa Lampung. Bahasa daerah Lampung di bagi dua bagian yaitu dialek A (API) dan O(nyo), dua dialek ini di pakai orang Lampung A untuk daerah pesisir dan O untuk daerah tengah, Namun sayangnya karena minim nya masyarakat Lampung yang menggunakan bahasa sendiri, bahasa seharusnya menjadi budaya Lampung ini kian tenggelam diantara bahasa-bahasa lain, seperti bahasa pendatang dari pulau jawa. Disamping hal tersebut pihak pemerintah juga kurang begitu memperhatikan bahasa daerah Lampung, instansi pendidikan, dan kebanyakan orang tua yang ada di Lampung juga enggan berbicara bahasa daerah Lampung kepada anak-anak mereka